Selasa, 25 Oktober 2011

Hormon Pancreas, Anti Diabetik dan Obat Hiperglikemia

Hormon Pancreas, Anti Diabetik dan Obat Hiperglikemia

Hormon Pankreas

Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptida insulin, glukagon, somatostatin, dan suatu kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan. Hormon peptida disekresikan dari sel – sel yang berlokasi dalam pulau – pulau langerhans (β atau sel-B yang menghasilkan insulin, α2 atau sel-A yang menghasilkan glukagon, dan α1 atau sel-D yang menghasilkan somatostatin). Hormon – hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan aktivitas metabolik tubuh, dengan demikian membantu memelihara homeostasis glukosa darah. Hiperinsulinemia dapat menyebabkan hipoglikemia berat. Sebaliknya kekurangan insulin relatif ataupun absolut (seperti pada diabetes melitus) dapat menyebabkan hiperglikemia berat.
Insulin di sintesa di pankreas, dimana pankreas terdapat Sel-sel pulau langerhans dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. Stimulasi reseptor α2 adrenergik akan menghambat sekresi insulin. Sebaliknya stimulasi reseptor β2 adrenergik agonis dan stimulasi saraf vagus akan merangsang sekresi insulin. Sehingga dikatakan, Sel β langerhans adalah penghasil hormon insulin dan sel α langerhans adalah penghasil hormon glukagon.
Efek dasar hormon insulin
  • Tiga efek dasar insulin pada metabolisme karbohidrat:

 1.  meningkatkan kecepatan metabolisme glukosa,
 2. menurunkan konsentrasi gula darah (hormon hipoglikemik),
 3. meningkatkan cadangan glikogen dalam jaringan
  • Efek insulin terhadap metabolisme lemak

 1. Meningkatkan pemakaian glukosa, mengurangi pemakaian lemak (penghemat lemak)
 2. Meningkatkan pembentukan gliserol.
  • Efek insulin terhadap metabolisme protein:
1.  Meningkatkan sintesa dan mencegah katabolisme protein
Pengaturan Sekresi Insulin
Pengaturan sekresi: diatur oleh kadar gula dalam darah melalui mekanisme umpan balik.
Diabetes Mellitus (DM)

Suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999)
Gejala khas :
1 Polidipsi (selalu haus), 2 Poliuria (sering kencing), 3 Poliphagi (Banyak makan)

Diabetes Tipe I (Diabetes melitus tergantung insulin )

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)  umumnya menyerang anak – anak, tetapi dapat juga terjadi pada orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel β berat. Akibat dari rusaknya sel β, pankreas sangat sedikit memproduksi dan mensekresi insulin, sehingga tidak bisa mengimbangi glukosa yang masuk, akhirnya banyak glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga akan menumpuk di dalam darah dan ini membuat glukosa dalam darah akan meningkat. DM tipe ini memerlukan insulin eksogen untuk menghindari hiperglikemia dan ketoasidosis.

Penyebab Diabetes Tipe I
Pankreas tidak dapat memproduksi insulin, sehingga tidak bisa merespon glukosa yang masuk ke sirkulasi darah.Sel β langerhans tidak berfungsi.

Pengobatan Diabetes Tipe I
Pengobatan DM Tipe I ini adalah dengan suntik insulin, tujuannya untuk memelihara konsentrasi gula darah supaya mendekati normalsehingga dapat menghindari komplikasi jangka panjang.

Diabetes Tipe II (Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin )
Sebagian besar DM termasuk dalam kategori ini. Pasien diabetes tipe ini biasanya gemuk

Penyebab Diabetes Tipe II
Pada Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), pancreas masih mempunyai beberapa fungsi sel β, yang menyebabkan kadar insulin bervariasi tetapi tetap tidak mencukupi untuk memelihara homeostasis glukosa atau kadar insulin menurun atau rendah, sehingga tidak dapat memelihara homeostasis glukosa. Selain itu juga sering dihubungkan dengan resistensi organ target yang membatasi respons insulin.

Pengobatan Diabetes Tipe II
Menurunkan berat badan
Memelihara kadar glukosa darah
Terapi OHO (Obat Hipoglikemik Oral)

Anti Diabetik

Terapi obat dengan obat antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien Diabetes Mellitus tipe II. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antidiabetik oral terbagi menjadi 5 golongan. Salah satu terapi obat antidiabetik oral adalah golongan sulfonilurea.
Farmakologi dan Indikasi
Sulfonilurea adalah turunan sulfanilamid tetapi tidak mempunyai aktivitas antibakteri. Golongan ini bekerja merangsang sekresi insulin di pankreas sehingga hanya efektif bila sel b-pankreas masih dapat berproduksi. Golongan sulfonilurea dibagi 2, yaitu generasi I (asetoheksaid, klorpropamid, tolazamid, tolbutaid) dan generasi II (glipizid, gliburid, glimepirid). Indikasi : diabetes mellitus tipe II.


Farmakokinetik
Semua golongan sulfonilurea diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral. Dapat diminum bersama makanan kecuali glipizid. Tolbutamid, gliburid, glipizid lebih efektif diminum 30 menit sebelum makan. Generasi I lebih mudah lepas ikatan proteinnya jika digunakan bersama dengan obat yang terikat pada protein yang sama (warfarin).
Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap sulfonilurea, komplikasi diabetes karena ketoasidosis dengan atau tanpa koma, komplikasi diabetes karena kehamilan.
OBAT YANG DIPILIH
Sulfonilurea golongan I
·         Klorpropamid (Diabenese)
Indikasi : NIDDM
Kontra-indikasi : diabetes juveil, NIDDM berat atau tidak stabil. Ketoasidosis, pembedahan, infeksi berat, trauma, ggn fungsi hati, ginjal atau tiroid. Hamil.
Bentuk sediaan & dosis : tablet 100 mg ; tablet 250 mg dan pasien paruh baya 250 mg/hari, usia lebih tua 100-125 mg/hari. Aturan pakai 3 x sehari bersama makanan.
Efek samping : ikterus kolestatik, reaksi seperti disulfiram, mual, muntah, diare, anoreksia.
Resiko khusus : pada penderita gangguan fungsi ginjal dan wanita menyusui.
Sulfonilurea golongan II

·         Glipizid (Aldiab)
Indikasi : NIDDM
Kontra-indikasi : DM ketoasidosis dengan atau tanpa koma, juvenile DM, ggn fungsi ginjal, hati yang berat.
Bentuk sediaan & dosis : tab 5 mg dan dosis awal 15-30 mg 1x /hari sebelum makan pagi, dosis ditambah 2,5-5 mg tergantung kadar gula darah.
Efek samping : ggn GI, hipoglikemik, reaksi alergi kulit eritema, erupsi makulopapular, urtikaria, pruritus, eksema, porfiria, fotosensitifitas. Reaksi seperti disulfiram. Reaksi hematologik:agranulositois, leukopenia, trombositopenia, anemia plastesik, anemia hemolitik, pansetopenia, pusing, mengantuk, sakit kepala. Peningkatan AST, LDH, alkaline phosphatese, BUN & kreatinin.
Resiko khusus : penderita hati, ginjal dan wanita hamil.
·         Glimepirid (Amadiab)
Indikasi : DM tipe II (NIDDM)
Kontra-indikasi : DM tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum, hipersensitif terhadap glimepirid, hamil, laktasi.
Bentuk sediaan & dosis : kapl 1 mg; 2 mg; 3 mg; 4 mg. Dosis 1 mg 1 x/hari dosis dinaikkan selama 1-2 minggu.
Efek samping : hipoglikemik, ggn visual sementara, ggn GI, kerusakan hati. Trombopenia, leukopenia.
Resiko khusus : hipersensitif & ggn fungsi hati.

·         Glibenclamide ( Prodiabet)
Indikasi : NIDDM
Kontra-indikasi : IDDM, ketoasidosis, infeksi berat, stress, trauma, ggn ginjal, hati atau tiroid berat, porifia akut.
Bentuk sediaan & dosis : tablet 5 mg. Dosis awal 2,5 mg/hari, ditingkatkan 2,5 mg.
Efek samping : ikterus kolestasis, alergi dermatologi & reaksi hematologi, ggn GI, sakit kepala, pusing, parestesia.
Resiko khusus : usia lanjut & hipoglikemia.

Hiperglikemia
Merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari pada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )
Patofisiologi
Pada mulanya sel beta pankreas gagal atau terhambat oleh beberapa keadaan stres yang menyebabkan sekresi insulin menjadi tidak adekuat. Pada keadaan stres tersebut terjadi peningkatan hormon glukagon sehingga pembentukan glukosa akan meningkat dan menghambat pemakaian glukosa perifer, yang akhirnya menimbulkan hiperglikemia. Selanjutnya terjadi diuresis osmotik yang menyebabkan cairan dan elektrolit tubuh berkurang. Perfusi ginjal menurun dan sebagai akibat sekresi hormon lebih meningkat lagi.

Penataklasanaan

1.      Rehidrasi intravenaagresif

2.      Penggantian Elektrolit

3.      Pemberian Insulin intravena

Sebelum memberikan Insulin harus memberikan cairan yang adekuat terlebih dahulu





Tidak ada komentar:

Posting Komentar